Selasa, 25 Januari 2011

BLOG CONTOH MAKALAH, KARYA ILMIAH DAN ARTIKEL: PENGUMUMAN DIJUAL POHON JATI

Edit Posted by with No comments
BLOG CONTOH MAKALAH, KARYA ILMIAH DAN ARTIKEL: PENGUMUMAN DIJUAL POHON JATI: "DI JUALPOHON JATI POHON JATI KAMPUNG 1.KELILING BAWAH 120 CM KELILING ATAS 100 CM TINGGI 3 METER BERJUMLAH 1 POHON 2.KELILING BAWA..."

PENGUMUMAN DIJUAL POHON JATI

Edit Posted by with No comments

DI JUALPOHON JATI

POHON JATI KAMPUNG

1.KELILING BAWAH 120 CM
KELILING ATAS 100 CM
TINGGI 3 METER
BERJUMLAH 1 POHON
2.KELILING BAWAH 80 CM
KELILING ATAS 60 CM
TINGGI 4 M
JUMLAH 5 BATANG

KEENAM POHON JATI INI DI JUAL SEHARGA RP. 7.000.000,- BISA DI NEGO

BAGI YANG BERMINAT HUBUNGI 081326121143 ATAS NAMA : BAPAK SARYADI

LOKASI : NGAMPEL,BLORA JAWA TENGAH

Minggu, 16 Januari 2011

METODE PENULISAN KARYA ILMIAH

Edit Posted by with No comments
KARYA ILMIAH
Definisi Penelitian
Ada beberapa pengertian penelitian yang disampaikan oleh beberapa ahli,
antara lain:
1. Pencarian sesuatu secara sistematis dengan penekanan terhadap masalah-
masalah yang dapat dipecahkan (Moh Nasir, 1999:14)
2. Pencarian pengetahuan dan pemberi artian yang terus menerus terhadap
sesuatu (Moh. Nasir)
3. Pencarian teori, pengujian teori, atau pemecahan masalah (Consuelo G.
Sevilla)
4. Aktivitas menelaah suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah
secara terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru
yang terandalkan kebenarannya (objektif dan sahih) mengenai dunia alam
atau sosial (Sanapiah Faisal)
5. Rangkaian kegiatan atau proses mengungkapkan rahasia sesuatu yang
belum diketahui dengan menggunakan cara bekerja atau metode yang
sistematis, terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan (Hadari Nawawi dan
Mimi Martini).
6. Upaya pemecahan suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah tertentu, teori dan rancangan, serta dilakukan secara sistematis.Sukidin dan Mundir (2005:5)
Pengertian Metode Ilmiah
• Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis.

• Metode Ilmiah adalah suatu cara utk.mencari ilmu pengetahuan yang
dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang. relevan, analisis
data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.

Kriteria Metode Ilmiah:
• Berdasarkan Fakta
• Bebas dari Prasangka (bias)
• Menggunakan prinsip-prinsip analisis
• Menggunakan hipotesis
• Menggunakan ukuran objektif
• Menggunakan teknik kuantifikasi

Ragam Penelitian

1. Penelitian ditinjau dari sudut tujuan dan fungsi
• Penelitian eksploratif: yaitu sebuah penelitian yang bertujuan ingin
menggali secara luas tentang sebab-musabab atau hal-hal yang
mempengaruhi terjadinya sesuatu

• Penelitian pengembangan, yaitu sebuah penelitan yang bertujuan
mengadakan percobaan dan penyempurnaan terhadap suatu masalah

• Penelitian verifikas, yaitu sebuah penelitan yang bertujuan untuk
pengecek kebenaran penelitan lain


2. Penelitian ditinjau dari sudut pendekatan

• Pendekatan bujur (longitudinal), yaitu sebuah penelitian yang berusaha
merekam atau mencatat suatu fenomena sebuah subjek secara berturut-
turut dan dalam waktu yang relatif panjang.
• Pendekatan silang (cross-sectional), yaitu sebuah penelitian yang berusaha
merekam atau mencatat suatu fenomena dari sejumlah subjek secara
bersamaan dan dalam waktu yang relatif singkat.


3. Penelitian ditinjau dari jenis data

• Penelitianku alitatif, yaitu penelitian yang membutuhkan data dalam
bentuk informasi, komentar, pendapat atau kalimat.
• PenelitianKu antitatif, yaitu penelitian yang membutuhkan data dalam
bentuk angka-angka atau nilai, atau data dalam bentuk informasi, komentar,
pendapat, atau kalimat namun dikuantitatifkan.

Sikap yang harus dimiliki seorang peneliti
• Cara Berfikir
1. Berfikir Skeptis = menanyakan bukti terhadap suatu pernyataan.
2. Berfikir Analisis = mengkaji setiap pernyataan.
3. Berfikir Kritis = menggunakan logika menimbang.
TAHAP-TAHAP PENELITIAN
1. Tahap Perencanaan.
1.1. Penentuan dan Pemilihan Masalah
1.2. Latar Belakang Masalah
1.3. Perumusan dan Pengidentifikasian Masalah
1.4. Telaah Kepustakaan
1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.6. Perumusan Hipotesis
1.7. Metodologi Penelitian
1.8. Penyusunan Administrasi Penelitian
2. Tahap Pelaksanaan.
2.1. Pengumpulan Data
2.2. Pengolahan Data
2.3. Analisis Data
2.4. Penafsiran Hasil Analisis Data
3. Tahap Pembuatan Laporan Penelitian
Ada 3 golongan pembaca laporan penelitian, yaitu :
1. Kalangan Akademisi
2. Sponsor Penelitian
3. Masyarakata Umum (biasanya dalam bentuk ringkasan)


MASALAH DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Masalah Penelitian
Masalah Penelitian merupakan mata rantai pertama dalam proses penelitian,
tetapi tidak semua masalah dapat digunakan sebagai objek penelitian.
Sumber-sumber masalah penelitian :
a. Diri Sendiri, misal : Pengalaman pribadi.
b. Orang lain.
c. Sumber-sumber lain, misal : karya-karya ilmiah (skripsi, tesis dll.).

B.Hipotesis Penelitian.

Berasal dari bahasa Yunani hypo = sebelum; thesis= pernyataan. Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara dari sebuah masalah penelitian yang masih harus dibuktikan lagi (melalui penelitian) kebenarannya.Hipotesis merupakan dasar pengumpulan data dan penarikan kesimpulan.

KARYA TULIS ILMIAH
Secara umum, sebuah karya tulis ilmiah terbagi dalam tiga bagian besar.
Bagian yang dimaksud ialah pendahuluan, isi, dan pembahasan. Meskipun
ketiganya merupakan inti dari sebuah karya, tentu saja masih dibutuhkan
penyemarak lain, yaitu prakata (bedakan dengan kata pengantar!), daftar isi,
daftar tabel/skema, bibliografi, dan lampiran. Tentu saja kelengkapan-
kelengkapan tersebut tidak semuanya mutlak disertakan. Masing-masing akan
dijelaskan di bawah ini.
PENDAHULUAN
Seperti namanya, bagian ini memberikan gambaran mengenai topik
penelitian yang hendak disajikan. Aspek-aspek yang biasa disertakan pada bagian
ini diuraikan secara sederhana di bawah ini.
1. Latar belakang masalah
Pada bagian ini, penulis harus menguraikan apa yang menjadi
ketertarikannya pada objek yang diteliti. Oleh karena itu, kepekaan untuk
memerhatikan fenomena-fenomena yang mutakhir di bidang yang sedang
ditekuni menjadi kebutuhan. Tidak jarang, sebuah makalah atau skripsi mendapat
sambutan hangat karena membahas topik-topik yang sedang hangat.
Satu aspek lain yang perlu dikemukakan pada bagian ini ialah tinjauan
pustaka. Peneliti perlu menyertakan beberapa penelitian yang relevan dengan
topik yang dikerjakan. Hal ini dilakukan agar memperjelas pembaca bahwa
penelitian yang dilakukan bukan mengulangi berbagai penelitian lainnya.
2. Masalah dan batasannya
Dari fenomena yang menarik perhatian, penulis harus secara eksplisit
mengemukakan masalah yang hendak dibahas. Sebab pada bagian latar
belakang, masalah yang hendak dibahas biasanya tidak dikemukakan secara
eksplisit. Meski demikian, masalah yang hendak dibahas atau diteliti itu masih
harus dibatasi lagi. Hal ini dilakukan agar pembahasan tidak meluber luas kepada
aspek-aspek yang jauh dari relevan. Selain itu, pembatasan masalah penelitian
juga akan menolong dalam hal efektivitas penulisan karya ilmiah.
3. Tujuan dan manfaat
Kemukakan tujuan dan manfaat penelitian yang dikerjakan. Sedapat mungkin
dijabarkan keduanya, baik bagi lingkungan akademis maupun masyarakat secara
umum.
4. Metode dan Teknik Analisa
Penentuan metode dan teknik menganalisis data juga akan menentukan hasil dari
sebuah penelitian. Metode harus dibedakan dari teknik. Mengenai keduanya,
Sudaryanto (2001) menyebutkan bahwa metode merupakan cara yang harus
dilaksanakan, sedangkan teknik merupakan cara melaksanakan metode. Sebagai
cara, tambahnya, kejatian teknik ditentukan oleh adanya alat yang dipakai.
Dalam ilmu linguistik, metode penelitian berkisar pada dua metode besar, yaitu
metode padan dan agih. Sementara tekniknya ada bermacam-macam. Tidak
semua metode perlu dan relevan untuk digunakan dalam menganalisa data
penelitian. Oleh karena itu, peneliti perlu berhati-hati dalam menentukan metode
dan teknik analisanya. Data penelitian yang diperoleh harus benar-benar
dicermati perilakunya.
5. Landasan teori / Kajian Pustaka
Sebuah penelitian tentu perlu memiliki dasar teoritis yang kuat. Namun, penulis
harus benar-benar teliti menentukan dasar teoritis yang akan mendukung
pembedahan masalah. Biasanya, bila sudah mengerti perilaku data yang
diperoleh, penentuan teori yang hendak dipakai akan lebih mudah.
6. ISI
Setelah merampungkan bagian awal tadi, penelitian pun dapat dilanjutkan
dengan lebih bergumul dengan data yang telah diperoleh. Sub dari bagian isi
(biasa disebut juga subbab karena bagian isi umumnya dianggap sebagai bab
yang mandiri) biasanya tergantung ruang lingkup masalah. Bila masalah yang
hendak dibahas terdiri dari tiga butir, sub bagian isi bisa menjadi tiga. Jangan
sampai empat apalagi lima, mengingat pada bagian isi, penulis harus melakukan
analisa berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada bab pendahuluan.
7. PENUTUP
Sebagai penutup, pada bagian ini peneliti harus memberi simpulan dari hasil
penelitiannya. Simpulan tersebut harus disajikan secara sederhana dan singkat.
Tujuannya agar pembaca bisa lebih menangkap hasil penelitiannya secara
ringkas.
Salah satu bagian yang tampaknya masih banyak digunakan sebagai sub-bagian
dari penutup ialah saran. Sejumlah departemen pada sejumlah perguruan tinggi
belakangan ini mulai menghapus bagian tersebut. Sederhananya, sebuah
penelitian mensyaratkan sebuah penelitian lanjutan, entah untuk menyanggah
atau menguatkan hasil penelitian terdahulu.

Sumber : http://www.scribd.com/doc/9771640/Materi-Karya-Ilmiah.

Jumat, 14 Januari 2011

CONTOH KARYA ILMIAH

Edit Posted by with No comments
Nama : Arum Yunita Murwaningsih
NIM : 08209241024
MK : Karya Ilmiah

PENTINGNYA PENGETAHUAN TATA TEKNIK PENTAS
DALAM PROSES KOREOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN


A. Latar belakang

Tata Teknik Pentas adalah sebuah mata kuliah yang berisi pengetahuan tentang penataan pentas yang hendak dijadikan tempat untuk menampilkan sebuah karya tari, karena pada dasarnya sebuah karya tari memerlukan ruang pentas. Pengetahuan penataan pentas ini meliputi komposisi pentas, dekorasi pentas, tata rias dan busana, tata lampu, tata suara, property pentas, yang semuanya berkaitan langsung dengan keberhasilan penampilan sebuah karya tari.

Oleh karena itu, semestinya mahasiswa mampu mengemas karya tari hasil ciptaannya dengan menerapkan pengetahuan Tata Teknik Pentas secara mandiri. Tetapi pada kenyataannya, banyak mahasiswa yang mengolah karya tarinya tersebut mengandalkan kemampuan orang lain. Mereka cenderung kurang percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki, sehingga mereka merasa lebih puas apabila penataan pentas karya tarinya ditangani oleh orang lain. Apabila mereka berani untuk menerapkan pengetahuannya tentang penataan pentas, maka hasil dari pergelaran karya tari tersebut pasti lebih bagus karena mereka lebih mengerti apa saja yang dimaksud, dikehendaki dan yang menjadi kebutuhannya untuk melengkapi dan mempercantik serta mengemas karyanya.

Seperti yang dikemukakan oleh Bintang Hanggoro Putra (2004) dalam penelitiannya, bahwa pada dasarnya keberhasilan mahasiswa menyajikan sebuah karya seni dalam sebuah pergelaran tari sangat tergantung pada ketajaman interpretasi mahasiswa terhadap materi kuliah yang diberikan dosen pengampu.

B. Rumusan Masalah
o Bagaimana pengaruh pengetahuan tentang tata teknik pentas yang dikuasai oleh mahasiswa dalam proses koreografi?
o Apa saja faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam proses penciptaan dan penataan pentas sebuah karya tari?

C. Tujuan

Tujuan diadakan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pengetahuan tata teknik pentas terhadap proses koreografi mahasiswa. Dan bagaimana mahasiswa mampu mengemas karya tari mereka berdasar pengetahuan tata teknis pentas mereka. Dan untuk mengetahui apa saja factor pendorong dan penghambat proses penataan pentas pada sebuah hasil koreografi sebuah karya tari.




BAB II LANDASAN TEORI

Tata Teknis Pentas


Tata pentas bisa disebut juga dengan scenery atau pemandangan latar belakang (Background) tempat memainkan lakon. Tata pentas dalam pengertian luas adalah suasana seputar gerak laku di atas pentas dan semua elemen-elemen visual atau yang terlihat oleh mata yang mengitari pemeran dalam pementasan. Tata pentas dalam pengertian teknik terbatas yaitu benda yang membentuk suatu latar belakang fisik dan memberi batas lingkungan gerak laku. Dengan mengacu pada definisi di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa tata pentas adalah semua latar belakang dan benda-benda yang ada dipanggung guna menunjang seorang pemeran memainkan lakon.
( Heru Subagiyo, S.Sn. : http://teaterku.wordpress.com/2010/03/24/tata-panggung/)

Tata teknik pentas adalah sebuah mata kuliah yang berisi pengetahuan penataan sebuah pentas, yang meliputi penguasaan penataan sebuah panggung, komposisi pentas, penataan dekorasi panggung, penataan rias dan busana, penataan lampu untuk panggung (lighting), dan penataan suara (soundsystem).

Tata panggung


Pentas adalah suatu tempat yang tinggi dimana lakon-lakon drama dipentaskan, atau suatu tempat para aktor bermain (Webster dalam Lathief 1986: 1). menurut Purwadarminta (dalam Lathief 1986: 10), pentas adalah lantai yang agak ketinggian di rumah (untuk tempat tidur) ataupun di dapur (untuk masak-memasak). Pengertian panggung menurut Purwadarminta (Lathief 1986: 2) adalah lantai yang bertiang atau rumah yang tinggi dan atau lantai yang mempunyai ketinggian untuk bermain sandiwara, balkon atau podium.


Komposisi Pentas

Komposisi pentas adalah penyusunan yang berarti dan artistik atas bahan-bahan perlengkapan pentas (Lathief 1986: 60).
Perlengkapan-perlengkapan yang dimaksud adalah perlengkapan kasat mata yang statis misalnya aktor atau penari dan perlengkapan yang tidak bergerak yaitu dekorasi, property dan lain-lain. Prinsip komposisi pentas adalah aspek motif komposisi, aspek teknis komposisi, aspek piktorial komposisi dan control of attention. Aspek motif komposisi meliputi: (1) komposisi harus nampak wajar, komposisi hendaklah menceritakan suatu kisah, (2) komposisi hendaklah menggambarkan suatu emosi,dan (3) ada hubungan antara satu tokoh dengan tokoh yang lain.
Penataan Dekorasi Panggung

Dekorasi panggung terbagi menjadi 5, yaitu: (1) natural background yaitu penggunaan latar belakang panggung dalam suatu pementasan dengan warna yang netral yaitu hitam (backdrop) dan terang (cyclorama), (2) decorative scenery yaitu perlengkapan panggung yang mempergunakan peralatan imitasi atau tiruan untuk dapat memberikan suasana, (3) descriptive scenery yaitu perlengkapan panggung menggunakan benda aslinya untuk menghias panggung agar dapat mewakili suasana, (4) atmosphere scenery yaitu perlengkapan panggung yang menggunakan kombinasi antara descriptive dan decorative yaitu sebagian menggunakan hiasan panggung (benda asli) dan sebagian imitasi, dan (5) Active background yaitu latar belakang yang aktif (bergerak) sehingga dapat menopang suasana.


Penataan Rias dan Busana Panggung

Rias muka maksudnya adalah menghias muka atau memperindah muka dengan tujuan untuk memperkuat watak tarian atau tokoh yang diperankan (Bastomi 1985: 30). Menurut Kehoe (terj. Aliff 1986: 221), make up untuk panggung atau pentas maksudnya adalah untuk mengimbangi efek-efek jarak antar penonton dan para pemain atau pelaku mengenai jelas terangnya rupa muka dan untuk mengimbangi intensitas cahaya lampu-lampu diatas pentas yang seakan-akan menyapu bersih warna-warna aslinya pada muka dan menyebabkan bentuk-bentuk pada muka para pelaku menjadi datar saja
Rias panggung harus memperhatikan penataan lampu dan jarak antara pemain dan penonton. Fungsi pokok tata rias adalah mengubah penampilan seorang pemain dari karakternya sendiri menjadi karakter tertentu yang merupakan tuntutan skenario dengan bantuan rias wajah.
Rias busana adalah seluruh kostum/busana yang dipakai dalam pergelaran. Pemakaian busana dimaksudkan untuk memperindah tubuh, disamping itu juga untuk mendukung isi tarian. Tujuan dan fungsi busana adalah membantu penonton agar mendapatkan suatu ciri atas pribadi pemegang peran dan memperlihatkan adanya hubungan perasaan antara satu pemain dengan pemain lain terutama peran-peran kelompok.

Penataan Lampu

Tujuan lampu panggung adalah: (1) menyinari dan menerangi, (2) mengingatkan efek lighting alamiah maksudnya adalah menentukan keadaan jam, musim dan cuaca, (3) membantu melukis dekor/scenery dalam menambah nilai, warna sehingga tercapai adanya sinar dan bayangan, lukisan tersebut akan menjadi dekor selama dipakai pertunjukan tetapi bila tidak dipakai tidak menjadi dekor, dan (4) membantu permainan lakon dan dalam melambangkan maksudnya dan memperkuat kejiwaannya.
Dalam penataan lampu panggung perlu diperhatikan beberapa masalah, yaitu: masalah fisikal dan masalah mekanikal dan masalah artistik. Masalah fisikal dan mekanikal adalah masalah yang berkaitan dengan teknik pemasangan dan operasional lampu yaitu lighting unit macam apa yang dipakai; dimana alat-alat tersebut ditempatkan, mengapa dan kenapa lampu tersebut ditempatkan di tempat tersebut, pengerjaan instalasi yang aman dan sempurna, dan cara pengontrolan lampu yang baik.
Penataan Suara (Sound System)

Penataan suara adalah pengaturan bunyi dalam sebuah pertunjukan. Gunanya adalah untuk memperluas volume suara dari sumber suara baik secara langsung maupun tidak langsung, agar penonton dan penari dapat dengan jelas menangkap lagu yang disampaikan yang akan membantu suasana, dinamika, dramatik pertunjukan, sehingga akan menarik perhatian penonton.
Dalam menata sound system perlu memperhatikan peralatan, akustik gedung, luasnya gedung, auditorium, dan keseimbangan bunyi. Satu set peralatan sound system terdiri dari tape dalam bentuk pita kaset, pita rel dan piringan hitam, amplifier dan mixer, equalizer, expander, surround, speaker dan.headphone.

Koreografi

Koreografi adalah proses penciptaan tari kelompok atau komposisi kelompok yang dapat dipahami sebagai seni cooperative sesama penari Di dalam koreografi kelompok, diantara penari harus ada kerjasama, saling ketergantungan atau terkait satu dengan yang lain. Masing-masing penari mempunyai pendelegasian tugas atau fungsi. Bentuk koreografi ini semata-mata hampir menyandarkan diri pada keutuhan kerja sama sebagai wahana komunikasi. Berbeda dengan koreografi kelompok, koreografi tunggal adalah proses penciptaan tari tunggal dimana seorang penari bebas menari sendiri. Seorang penari tunggal di atas panggung sewaktu-waktu dapat melakukan gerak secara spontanitas atau improvisasi secara mendadak karena lupa susunan atau komposisi gerakan yang seharusnya dilakukan.
Bagi penari yang terampil, hasilnya akan baik dan penonton tidak akan tahu bahwa gerakan itu,spontanitas(Hadi1996:1).

Pertimbangan Jumlah Penari

Pertimbangan jumlah penari dalam kelompok dapat dibedakan menjadi dua yaitu penari jumlah gasal dan penari jumlah genap. Jumlah penari gasal memberikan kesan adanya pemisahan kelompok menjadi dua pusat perhatian atau focus on two points sehingga menjadi asimetris atau tidak seimbang. Sedangkan jumlah penari genap secara harmonis menyatu atau memberi kesan simetris atau seragam (Smith 1985: 55)


Pertimbangan Jenis Kelamin dan Postur Tubuh

Tipe dramatik juga dimungkinkan terjadinya perubahan karakter oleh seorang penari atau seorang penari memerankan berbagai macam tokoh dalam satu rangkaian kejadian dramatik di atas stage tanpa keluar masuk panggung. Disamping mempertimbangkan jenis kelamin dalam komposisi kelompok hendaknya juga mempertimbangkan figur atau postur tubuh penari, seperti misalnya gemuk-kurus, tinggi-pendek atau besar-kecil. Terutama garapan dengan bentuk literal mengandung tema cerita tertentu dan tipenya lebih kepada laku dramatari, jenis kelamin putra atau putri tergantung pada karakter atau tokohnya

Aspek Ruang

Ruang adalah sesuatu yang tidak bergerak dan diam sampai gerakan yang terjadi di dalamnya mengintrodusir waktu, dan dengan demikian mewujudkan ruang sebagai suatu bentuk, suatu ekspresi khusus yang berhubungan dengan waktu yang dinamis dari gerakan (Hadi 1996: 13).
Arah merupakan aspek ruang yang mempengaruhi efek estetis ketika bergerak melewati ruang selama tarian itu berlangsung, sehingga ditemukan pola-polanya, dan sering dipahami sebagai pola lantai. Pola lantai adalah pola atau wujud yang dilintasi atau ditempati oleh gerak-gerak para penari di atas lantai dari ruang tari tertentu (Meri 1965: 17).

Aspek Waktu

Struktur waktu dalam tari dapat dipahami dari aspek-aspek tempo, ritme, dan durasi. Aspek tempo merupakan kecepatan atau kelambatan sebuah gerak. Jarak antara cepat terlalu cepat, dan terlalu lambat dari lambat menentukan energi atau rasa geraknya. Tempo-tempo seperti itu tersedia apabila seorang penari menginginkan dan mampu menjangkau. Aspek ritme dipahami dalam gerak sebagai pola hubungan timbal balik atau perbedaan dari jarak waktu cepat atau lambat. Pengulangan yang sederhana dengan interval-interval berjarak waktu yang sama, perubahannya atau pengulangannya menimbulkan pengaliran energi yang ajeg dan sama. Tekanan atau laku-laku itu mempunyai rasa keteraturan dan sering disebut dengan ritme ajeg atau even rhytm. Apabila pengulangan jarak waktunya bervariasi, sehingga intervalnya tidak sama perubahannya, maka ritme semacam itu tidak ajeg atau uneven rhytm (Smith 1985: 69).




BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian meliputi: kemampuan mahasiswa dalam menguasai pengetahuan tata teknik pentas, kemampuan mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan tata teknik pentas dalam proses koreografi, hasil dari penerapan pengetahuan tata teknik pentas dalam proses penciptaan tari, faktor-faktor yang menghambat proses penciptaan karya tari.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa seni tari FBS UNY semester VIII. Sampel penelitian ini berjumlah 20 mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah Tata Tehnik Pentas.

Teknik Pengumpulan Data

Dengan melakukan Observasi langsung, observasi partisipatif dan wawancara di lapangan terhadap mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah tata tehnik pentas dan mata kuliah Koreografi (Tugas Akhir)

Data tentang faktor-faktor penghambat dan pendorong dalam proses penataan pentas sebuah karya tari didapatkan dengan menggunakan wawancara terarah dan tidak terarah. Wawancara terarah digunakan untuk mewancarai mahasiswa, dosen pengampu dan penonton. Wawancara tidak terarah digunakan untuk mengungkap data-data yang tidak ditemukan didalam wawancara terarah. Sedangkan observasi partisipan digunakan untuk melihat reaksi penonton terhadap pementasan karya tari mahasiswa.




BAB IV

PEMBAHASAN

I. Hasil Penataan Pentas Sebuah Karya Tari Yang Dilakukan Mahasiswa Berdasarkan Pengetahuan Tata Teknik Pentas

A. Penataan Panggung

Panggung yang digunakan oleh mahasiswa semester VIII dalam ujian mata kuliah Koreografi bentuknya adalah proscenium.
Panggung prosenium merupakan panggung konvensional yang memiliki ruang prosenium atau suatu bingkai gambar melalui mana penonton menyaksikan pertunjukan. Hubungan antara panggung dan auditorium dipisahkan atau dibatasi oleh dinding atau lubang prosenium. Sedangkan sisi atau tepi lubang prosenium bisa berupa garis lengkung atau garis lurus yang dapat disebut dengan pelengkung prosenium (Proscenium Arch)
Panggung prosenium dibuat untuk membatasi daerah pemeranan dengan penonton. Arah dari panggung ini hanya satu jurusan yaitu kearah penonton saja, agar pandangan penonton lebih terpusat kearah pertunjukan. Para pemeran diatas panggung juga agar lebih jelas dan memusatkan perhatian penonton. Dalam kesadaran itulah maka keadaan pentas prosenium harus dapat memenuhi fungsi melayani pertunjukan dengan sebaik-baiknya.

Dengan kesadaran bahwa penonton yang datang hanya bermaksud untuk menonton pertunjukan, oleh karena itu harus dihindarikan sejauh mungkin apa yang nampak dalam pentas prosenium yang sifatnya bukan pertunjukan. Maka dipasanglah layar-layar (curtain) dan sebeng-sebeng (Side wing). Maksudnya agar segala persiapan pertunjukan dibelakang pentas yang sifatnya bukan pertunjukan tidak dilihat oleh penonton. Pentas prosenium tidak seakrab pentas arena, karena memang ada kesengajaan atau kesadaran membuat pertunjukan dengan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran-ukuran atau nilai-nilai tertentu dari pertunjukan itu kemudian menjadi konvensi. Maka dari itu pertunjukan yang melakukan konvensi demikian disebut dengan pertunjukan konvensional.
1.1 Contoh Panggung Proscenium
B. Komposisi Pentas

Komposisi adalah penyusunan yang berarti dan artistik bahan-bahan perlengkapan pentas. Perlengkapan yang dimaksud disini adalah aktor, dekorasi dan property lain.
Dalam pergelaran tari tersebut, mahasiswa mampu membuat komposisi pentas dengan baik, dinamis dan menarik melalui pola-pola gerak, pola lantai, desain gerak, yang dibuat oleh penari.

C. Penataan Dekorasi Panggung

Pementasan bentuk tari oleh mahasiswa seni tari semester VIII diikuti oleh penataan dekorasi panggung. Panggung diberi dekorasi tambahan baik berupa pepohonan, hiasan dan pagar yang dapat memperjelas tema tari.Selain itu kekuatan gerak dan kekompakan penari dapat diandalkan untuk menjadi pusat perhatian penonton.

D. Penataan Rias dan Busana Panggung

Rias dan busana panggung yang dikenakan oleh mahasiswa semester VIII dalam membawakan tari sudah baik dan sesuai dengan tema tari. Rias yang dipakai adalah riasa cantik dan bagus. Busana yang dikenakan penari putri cenderung lebih banyak berwarna merah dan orange dengan model kostum modern. Model penataan rambut lebih banyak berbentuk sanggul modern yang diberi asesoris. Sedangkan untuk bentuk tari klasik, memakai kain lereng dan mekak, dan rambut memakai irah-irahan. Untuk penari putra, memakai celana sebatas betis, kain lereng sebatas betis dengan model pemakaian sapit urang, bertelanjang dada, memakai ikat kepala. Warna kostum yang dipakai adalah merah, hitam, hijau, kuning dan orange.Hal ini terjadi kerena pentas Koreografi berkolaborasi dengan Fakultas Teknik Tata Busana UNY.

E. Penataan Lampu

Lampu berfungsi sebagai penyinaran panggung dan menciptakan effek alamiah serta membantu mempertajam suasana atau karakter yang diinginkan sebuah tari. Jenis-jenis lampu yang dipakai oleh mahasiswa semester VIII adalah lampu kaki, lampu spot dan lampu general. Lampu-lampu ini sebetulnya tidak strandart, sehingga hasilnya tidak maksimal. Pemakaian lampu tersebut dikendalikan pada satu pusat yang disebut dimmer sehingga penari tinggal membuat script lighting yang kemudian diserahkan kepada bagian operasional lampu. Bagian operasional lampu inilah yang bertugas menterjemahkan script lighting yang dibuat oleh koreografer.Dimmer yang dipakai untuk mengontrol jatuhnya arah sinar inipun tidak lengkap sehingga sinar yang dihasilkan hanya bisa fade in (menyala secara tiba-tiba) dan fade out (mati dengan tiba-tiba). Warna lampu yang dipakai adalah merah, kuning, hijau dan biru. Secara keseluruhan hasilnya kurang bagus sebab pemunculan sinar dalam setiap bentuk tari monoton, tidak menyesuaikan dengan tema tarinya, sehingga kesannya dipaksakan.

F. Penataan Suara

Penataan suara adalah pengaturan bunyi dalam sebuah pertunjukan. Penataan bunyi yang ideal terdiri dari pita kaset, amplifier dan mixer, equaliser, expander, surround, speaker, mic dan headphone.
Perangkat suara ini ditata secara permanen di dalam gedung sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan selalu siap. Dalam pergelaran yang dilakukan oleh mahasiswa seni tari , sound system yang digunakan adalah tidak permanen. Pita kaset , amplifier, mixer, equalizer diletakkan di bagian dalam panggung untuk memudahkan penari menyerahkan kaset untuk diputar. Sedangkan speaker diletakkan didepan panggung.
Hasilnya bagus karena rata-rata para koreografi menggunakan alat music secara langsung.

II. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Yang Dialami Dalam Proses Penciptaan dan Penataan Pentas Sebuah Karya Tari.
Faktor pendorong mahasiswa seni tari dalam proses penciptaan tari adalah adanya kebebasan ide dalam berkreasi. Mahasiswa diberikan kebebasan dalam mengemas kembali bentuk tari berdasarkan aspek-aspek dalam koreografi kelompok dan aspek-aspek tata teknik pentas. Meskipun demikian, tidak boleh meninggalkan ide dasar penciptaan tari tersebut. Faktor penghambat adalah terbatasnya persediaan bahan dan peralatan dalam proses penciptaan dan penataan pentas. Misalnya, dalam hal lampu yang kurang lengkap dan tidak standart dan perlatan tata suara yang permanen juga tidak ada, sehingga pada saat dibutuhkan harus menata terlebih dahulu.











BAB V
PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Teknik mengemas bentuk tari yang dilakukan oleh mahasiswa seni tari sudah sesuai dengan aspek-aspek dalam koreografi kelompok dan teknik penataan pentasnya juga sesuai dengan pengetahuan tata teknik pentas. Faktor pendorong dalam proses penciptaan dan penataan pentas sebuah karya tari adalah adanya kebebasan dalam berkreasi untuk menuangkan ekspresi jiwa dengan media gerak. Faktor penghambat dalam proses penciptaan dan penataan tari adalah terbatasnya persediaan bahan dan peralatan yang tersedia di kampus sehingga mahasiswa harus meminjam dari luar kampus. Bahan dan peralatan tersebut meliputi lampu dan sound system.

Saran
1.Mahasiswa diharapkan lebih mendalami pengetahuan tata teknik pentas dan berani menerapkannya dalam proses penciptaan tari.
2.Dosen pengampu matakuliah tata teknik pentas dan koreografi diharapkan lebih intensif dalam memberikan pengetahuan, bimbingan dan pengarahan terhadap mahasiswa dalam proses penciptaan dan penataan tari.
3.Jurusan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni diharapkan dapat menambah tersedianya bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses penciptaan dan penataan tari sehingga dapat membantu mahasiswa dalam berkarya


DAFTAR PUSTAKA
Bastomi, Suwaji. 1995. Seni Rupa Dalam Pagelaran Tari. Semarang: Aji Jaya Offset.

Hadi, Y. Sumandiyo. 1996. Aspek-aspek Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Manthili.

Kehoe, Vincent J.R. 1986. The Technique of Film and Television : Make Up for Color and Black and White. (terj. Aliff). Jakarta: Yayasan Citra.

Lathief, Halilintar. 1986. Pentas Sebuah Perkenalan. Yogyakarta: Legaligo.

Hawkins, Alma M. 1988. Creating Through Dance . New Jersy: Princeton Book Company.

Meri, La. 1965. Dance Composition : The Basic Elements. Massachusetts: Jacob’s Pillow Dance Festival, Inc.

Putra, Bintang Hanggoro. 2004. Pengembangan Materi Pergelaran Tari dan Musik dengan Model Tutorial Analitik Demokratik. Laporan Penelitian. Semarang: LEMLIT.

Smith, Jacqueline M. 1985. Dance Composition : A Practical Guide for Teachers. London: A & Black.

Kusumastuti, Eny.Staf Pengajar Seni Tari, Sendratasik, FBS UNNES
eny_unnes@yahoo.com

Artikel Kerasnya Hidup Di Jalanan

Edit Posted by with No comments
Nama : Arum Yunita M
No : 08209241024

KERASNYA HIDUP di JALANAN

“Diduga menghindari kejaran aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang melakukan razia, dua pengamen Jalanan yakni Muhamad Faisal (17) dan Rini (12) tertabrak truk bermuatan tanah di Jalan Ahmad Yani, Cempaka Putih. Jakarta Pusat. Senin (1/3) sekitar pukul 10.30. Faisal tewas seketika dengan kepala remuk, sedangkan Rini mengalami luka berat di kepala serta punggung dan langsung dilarikan ke RS Kartika.”
Ini adalah salah satu wacana sebuah Koran yang beberapa hari lalu saya baca. Miris memang katika profesi pengamen harus mengorbankan nyawa demi tercukupinya hidup. Kehidupan mereka begitu keras.
Leni adalah seorang anak yang biasa mengamen di pertigaan menuju Timoho depan UIN . Saat matahari cukup terik. Akivitas di jalan utama menuju jalan Solo masih tetap ramai seperti biasanya. Ketika saya berhenti di pertigaan jalan Affandi (Timur UNY), seorang pengamen jalanan yang berumur 10 tahun menghampiri seluruh pengguna jalan yang sedang berhenti untuk menunggu lampu hijau menyala. Leni Ia sebut namanya, sedikit menggelitik rasa hatiku untuk bertanya, awal mulanya aku ragu apakah dia mau menjawab semua keingin tahuanku.
Berpura-pura berteduh saat hujan hampir mengguyur kota Yogya, ku coba dekati pengamen kecil seusia adikku. Aku tanyakan di mana rumahnya, Ia tinggal di pinggiran sungai Gajah Wong. Dan Ia tingggal lengkap dengan Bapak serta Ibunya. Dia tidak bersekolah namun Ia mengikuti kegiatan Yayasan yang di bentuk oleh beberapa gabungan Mahasiswa, tidak begitu jelas Ia ceritakan tentang Yayasan itu. Ketika ku tanya berapa penghasilan per-hari. Ia bercerita “ Kadang Rp20.000 tu kalau lagi ramai mbak kayak Minggu, tapi rata-rata Rp 10.000,-.”
Memang hampir sama dengan buruh pabrik yang per-hari 25.000, ketika ku tanyakan untuk apa saja uang itu? Rani menjawab “sebagian untuk makan 5.000,- yang Rp 2.500 untuk pasokan yayasan,sisanya ditabung atau di kasih Ibuk.” Tutur anak yang menurutku Ia cerdas berkomunikasi, karena Leni ini menjawab dengan fasih bahasa Indonesia yang aku lontarkan. Ibunya bekerja menjadi pemulung, bapaknya menganggur di rumah.
Ketika aku Tanya mengapa kamu mengamen? “ Ya, buat bantu ibuk mbak, anak-anak pinggiran sungai banyak yang mengamen kok mbak.” Tuturnya polos. Ini sebuah hal yang perlu di analisa, mereka mengamen bukan atas dasar keinginan mereka. Mereka hanya sekedar meniru apa yang menjadi budaya mesyarakat setempatnya.
Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah dalam hal ini. Meskipun mereka sudah dirazia, diberi penyuluhan, dan difasilitasi Yayasan dengan harapan mereka bisa berhenti mengamen dan hidup layak seperti pada umumnya. Namun seperti kita lihat, mereka memiliki lingkungan yang didalamnya memiliki sebuah system turun temurun hidup dibawah rumah kumuh dan mengamen. Sosialisasi mereka lebih cepat dibanding usaha pemerintah menghapus anak jalanan.
Akhirnya aku mengantar Rani pulang sampai rumahnya. Benar-benar melihat lingkungannya. Bukan secara Ekonomi aku memandang, mereka berpakaian bagus, rata-rata rumahnya semi permanen dan cukup untuk berteduh. Tak jauh berbeda dengan rumah-rumah para korban gempa di bantul. Justru yang menjadi pertanyaan mengapa mereka masih bertahan dengan profesi mereka? Ibu-Ibu yang tidak menjadi pemulung memilih mengemis sambil menggendong anak yang belum tentu anaknya, mereka menyewa anak tetangganya dan membagi hasil dari mengemis.
Dipandang sagi social, kita bisa mengubah mereka dengan jalan merubah mentalnya. Bukan mengemis tapi bekarja. Bukan mengamen tapi buruh seberapaun pendapatanya. Aku sedikit Iba namun juga miris. Inilah pengalamanku pertama. Semoga artikel ini berguna. Baik buruknya tergantung dari segi mana kita memandang.
TRIMAKASIH