Selasa, 07 Juni 2011

KEARIFAN LOKAL YANG KINI TIADA

Edit Posted by with No comments
Di zaman Globalisasi ini kebudayaan telah menjadi korban. Kearifan lokal salah satunya. Menyedihkan memang negara kita, mengingat sumber daya alam yang melimpah namun tidak mampu mengolah.

aku sedikit mendengar dari nenekku yang bercerita tentang masa lalunya, mungkin inilah saatnya aku catat sebelum otakku tak mampu lagi nge-save data-data yang lain. Kata nenekku dulu setiap bayi yang lahir, maka sang ayah harus menanam pohon baik pohon jati atau kelapa. Katanya sih agar kelak usia tanaman tumbuh seiring bayi yang lahir dan bisa dimanfaatkan.

Mendengar pernyataan itu alangkah baiknya orang dulu yang masih mengingat nasib anak cucunya. Jika bayi telah berusia 9 bulan maka akan disuapi dengan bubur dan gula jawa atau pisang. Katanya sih biar tetap sehat. Menurutku ini jauh lebih baik ketimbang sang bayi kita beri maem bubur instan yang ada pengawetnya. Hal yang unik lagi bayi zaman dulu itu sering dikasih minum jamu, biar tahan terhadap penyakit nah itu juga antibiotik yang bagus buiat bayi.

Cerita nenekku juga, kalau pohon-pohon besar itu pasti ada penunggunya (Sing Mbaurekso)
Nah sekarang bukan bayi lagi tapi soal pohon, karena mereka percaya pohon itu ada penunggunya , tidak ada seorang pun yang berani menebang pohon sembarangan. So  efeknya bagus lagi.
tahu kan burung gagak dan burung emprit dan juga burung-burung di pohon yang lainya?
Konon jika ada burung bersiul dipagi hari akan ada tamu yang datang, nah kalau burung gagak katanya akan ada yang sakit atau mati... waowwww. So burung-burung tetap hidup di bumi ini, tapi setelah kearifan lokal itu hilang banyak deh burung-burung ditembak mati.

Tiap tahun selalu diadakan bersih desa atau jika masa panen tiba. Dulu warga sering berkumpul dan nanggap wayang sebagai bentuk rasa syukur, ajang gotong royong dan berkumpul sanak saudara, tapi sekarang... acara majemukan , gas desa, atau sejenisnya sudah mulai hilang. Bahkan wayang sudah jarang dipertunjukkan lagi, mirisnya banyak pemuda yang menekuni band ketimbang wayang karena dianggap kuna. Kini keberadaan wayang juga hampir punah. terhitung 4 tahun yang lalu sampai sekarang belum ada wayang lagi dikampungku.

Kini kearifan-kearifan lokal yang mampu melahirkan masyarakat madani telah hilang.. Sungguh disayangkan padahal itulah sesungguhnya kekayaan kita. Andai saja seluruh indonesia itu menghidupkan kearifan lokal lagi. Pasti tidak hanya pulau Bali yang terkenal. Tapi seluruh Indonesia.