Senin, 28 Maret 2011

METODE KONTRUKSI

Edit Posted by with 1 comment

Ditulis Oleh : Ni Nyoman Seriati, M.Hum
Dikutip Oleh : Arum Yunita M


METODE KONSTRUKSI
Maksud dari metode konstruksi adalah metode/petunjuk penyusunan dan pengkombinasian dari berbagai elemen untuk mencapai keberhasilan yang harus dipahami bagi seorang koreografer (Jacqueline Smith (trj. Ben Suharto, 1985:4)

A. Metode Konstruksi I
Dalam rangsang awal ini dijelaskan ada beberapa elemen yang menjadi konstruksi penting yang harus dipertimbangkan oleh koreografer sebelum bekerja diantaranya Rangsang Tari, Tipe Tari, Cara penyajian.

I. Rangsang Tari
Rangsang didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
membangkitkan daya piker, semangat, mendorong kegiatan selain itu rangsang merupakan dasar motivasi dibelakang penciptaan tari.. Adapun rangsang tersebut diantaranya: rangsang auditif/dengar, visual, gagasan, kinestetik, dan rabaan.

a. Rangsang Auditif/dengar
Dalam mencipta suatu tari koreografer terinspirasi /diilhami oleh lagu-lagu tertentu, misalnya instrument perkusi, suara manusia, kemericik air, gemuruhnya ombak, syair dalam lagu, suara seruling, kendang, dram.. Dari suara tersebut dapat dimunculkan gerak, suasana , karakter, ritme dari suatu tarian.

b. Rangsang visual
Rangsang visual ini dapat muncul dari melihat sesuatu, misalnya gambar, obyek (pemandangan, peristiwa/kejadian), pola, wujud. Dari rangsang tersebut piƱata tari dapat melihat dari latar belakangnya, fungsinya, kemanfaatannya. Sebuah kursi misalnya dapat dipandang dari garis-garisnya yang tegas, sudutnya yang tajam, fungsinya sebagai tempat duduk dan juga dapat dipandang sebagi singgasana, sebagai objek untuk bersembunyi, sebagai symbol kekuasaan, dan kadang juga sebagai senjata atau tameng.
c. Rangsang gagasan/idesional
Rangsang yang muncul dari sebuah cerita, kejadian, peristiwa yang diungkapkan kedalam sebuah gerak. Misalnya bagimana koreografer mengungkapkan peristiwa pasar ke dalam gerak, peristiwa relegi dan yang lainnya.
d. Rangsang Kinestetik
Rangsang yang muncul dari gerak/ragam gerak dari sebuah tarian yang dapat memberi inspirasi dalam mengembangkan sebuah karya tari. Misalnya gerak nggurdha, golek iwak, ngelung, sindet.

e. Rangsang Peraba
Rangsang ini muncul dari meraba benda/kain yang lembut, kasar kemudian dapat menjadi motivasi dalam membuat tari.

B. Tipe Tari
Tipe dimaksudkan untuk mengklasifikasikan tari menjadi lebih spesifik sebagimana halnya dalam musik kita kenal ada musik jazz, pop, klasik, etnis dan sebagainya. Sementar itu dalam tari diklasifikasikan kedalam tipe dramatik,dramatari, komikel,murni, studi, abstrak, liris.
1. Tipe Dramatik
Tipe ini mengandung arti bahwa gagasan yang diungkapkan sangat kuat dan penuh daya pikat, dinamis, penuh ketegangan, dan dimungkinkan melibatkan konflik antara seorang dengan dirinya atau dengan orang lain.Tipe tari ini lebih memusatkan perhatian pada sebuah kejadian atau suasana dan tidak mengelarkan cerita secara naratif. Contoh: tari Serimpi, Bedhoyo, Legong Keraton dan yang lainnya.

2. Drama Tari
Pengertian dari tipe ini adalah sebaliknya yaitu menampilkan cerita secara jelas/runtut adegan peradegan serta menghadirkan tokoh yang ada dalam cerita tersebut secara jelas sebaimana dalam cerita tersebut. Contoh : Sinta Obong dalam alur ini tokoh Dewi Sinta, Rama Dewa, Laksama, Rahwana, Kumbakarna, Anoman, Jetayu dihadirkan sebagaimana tokoh dan karakternya. Demikian juga dengan alur cerita misalnya diawali dari Rama, Dewi Sinta, dan Laksemana bersenang-senang di hutan, munculnya kidang mas, Rama memburu kidang, Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana, pertemuan antara Rama, Laksamana dengan Jatayu , pertemuan antara Anoman dengan Rama dan Laksemana, pertemuan antara Dewi Sinta, Tri Jata dengan Anoman di Taman Ansoka, Perang antara Rama denga Rahwana, pertemuan Dewi Sinta dengan Rama Dewa,

3. Tipe Komik
Tipe ini diartikan mengarah pada penggarapa gerak yang lucu atau penggarapan gerak yang tidak wajar/tidak pada pakemnya sehingga menimbulkan kesan lucu. Misalnya cara berjalan, menggerakkan tangan, badan yang ditekuk
.
4. Tipe Murni
Tipe ini hanya mengembang gerak saja sehingga dalam penciptaannya lebih banyak dipengaruhi oleh rangsang kinestetik.Tipe ini bisa saja diciptakan dari beberapa gerak tari dan masimg-masing memiliki penekanan gerak yang berbeda.

5. Tipe Studi
Tipe studi dikatakan bisa tercipta dari satu macam gerak, namun dapat dikembangkan menjadi gerak yang sangat komplek.

C. Mode Penyajian
Mode penyajian ini dikaitkan dengan cara penata tari menyajikan garapan gerak tarinya yang berhubungan dengan ide yang digarap. Suharto membedakan mode penyajian menjadi dua yaitu representasional dan non-representasional.

1 komentar:

  1. hallo kak, mau tanya kak ini ada jurnalnya gak, atau isi dari materi ini kak

    BalasHapus