UPAYA
PENINGKATAN
KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN
MELALUI
PENERAPAN TEKNIK SKEMA
Oleh : Fuad
Asnawi*
Abstrak.
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman melalui penerapan teknik skema pada siswa kelas 2 SUP Mataram Kasihan
Bantul Penelitian ini dilakukan pada 40 siswa kelas 2 SLTP Negeri Mataram
Kasihan Kabupaten Bantul. Data dikumpulkan malalui observasi guru, siswa dan
catatan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata sebelum
tindakan penelitian sebesar 50%, dan nilai rata-rata sesudah tindakan sebesar
73%. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan keterampilan membaca pemahaman
pada siswa SLTP Mataram Kasihan sebesar 23 %.
PENDAHULUAN
Berbahasa
pada dasarnya adalah proses interaktif komunikatif yang menekankan pada
aspek-aspek bahasa. Kemampuan memahami aspek-aspek tersebut sangat menentukan
keberhasilan dalam proses komunikasi. Aspek-aspek bahasa tersebut antara
lain keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Secara
karakteristik, keempat keterampilan itu berdiri sendiri, namun dalam penggunaan
bahasa sebagai proses komunikasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan keterpaduan dari beberapa aspek.
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang terdapat dalam GBPP SLTP Kelas 2
adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca selalu ada dalam setiap tema
pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan keterampilan
membaca.
Membaca,
terutama membaca pemahaman bukanlah sebuah kegiatan yang pasif. Sebenarnya,
pada peringkat yang lebih tinggi, membaca itu, bukan sekedar memahami
lambang-lambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak,
membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan. Membaca
pemahaman inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada sekolah
(Tompubolon: 1987).
Lebih dari
itu, Tulalessy (1995) berpendapat bahwa membaca mahir (avented reading)
harus mulai diajarkan pada siswa kelas 1 SLTP sehingga siswa SLTP bisa menuju
pada membaca di seberang baris (reading beyond the lines).
Pembelajaran
membaca pemahaman menggunakan teknik skema merupakan salah satu upaya tepat
karena dengan teknik skema siswa harus menghubungkan pengalamannya
dengan pengalaman yang ada dalam buku teks.
Menurut
Sujana (1995) langkah-langkah pembelajaran menggunakan teknik skema adalah:
1)
bersikap positif terhadap apa yang diketahui
murid jadikanlah apa yang telah diketahui murid itu sebagai batu loncatan atau
jembatan dalam usaha menolong mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan,
2)
menggunakan analogi, perbandingan, bahkan
kalau perlu, perbandingan metaforis untuk menjembatani apa yang telah mereka
ketahui dengan hal-hal baru atau asing,
3)
memberikan contoh sebanyak-banyaknya mengenai
konsep yang baru itu.
4)
metaforis untuk menjembatani apa yang telah
mereka ketahui dengan hal-hal baru atau asing,
5)
memberikan contoh sebanyak-banyaknya mengenai
konsep yang baru itu.
Pada
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa
kelas 2 pada SUP Mataram Kasihan Bantulmasih cukup memprihatinkan. Hal tersebut
dimungkinkan karena siswa tidak benar-benar memahami bacaan yang disediakan.
Melihat kenyataan tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti masalah
tersebut. Sebagai pemecahannya adalah
dengan diterapkannya teknik skema dalam pembelajaran membaca pemahaman.
Untuk mengetahui seberapa jauh teknik skema dapat meningkatkan kemampuan siswa
memahami teks bacaan, maka perlu diadakan penelitian tindakan.
Untuk
memberikan arah penelitian yang jelas dan operasional berdasarkan latar
belakang, dapat dirumuskan masalah penelitan ini sebagai berikut: Bagaimanakah
upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman melalui penerapan teknik
skema siswa kelas 2 pada SLTP Mataram Kasihan Bantul?
Tujuan
penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan keterampilan membaca
pemahaman dengan menerapkan teknik skema pada siswa kelas 2 SLTP Mataram
Kasihan Bantul.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas 2 SLTP Mataram Kasihan Bantul. Jumlah
subyek penelitian adalah 40 siswa kelas 2 pada SLTP tersebut. Karakteristik
siswa pada dasarnya hampir sama (homogen). Lokasi sekolah jauh dari pusat kota,
dengan latar sosial orang tua siswa rata-rata rendah sehingga berakibat pada
rendahnya kemampuan mambaca siswa.
PROSEDUR
PENELITIAN
Perencanaan
Sebelum
tindakan dilakukan, dibuat perencanaan berikut ini:
1)
Mengidentifikasi masalah,
2)
Mengadakan tes,
3)
Menyiapkan materi bacaan
4)
Menyiapkan media,
5)
Menyiapkan alat evaluasi.
TINDAKAN PENELITIAN
Penelitian
tindakan dilaksanakan dalam 5 tindakan. Adapun langkah-langkah implementasi
tindakannya adalah:
1)
Guru dan siswa berdiskusi tentang materi yang akan diberikan.
2)
Guru memberikan petunjuk yang berupa outline,
dan gambar yang ada hubungannya dengan materi bacaan dan skemata siswa
3)
Siswa membaca teks bacaan, dilanjutkan
menuliskan kata-kata sukar,
4)
Siswa mengungkapkan ide pokok setiap
paragrap.
5)
Siswa menceritakan kembali isi bacaan dengan
bahasanya sendiri.
MONITORING
DAN REFLEKSI
Monitoring
dilaksanakan setiap tatap muka Hasil monitoring dijadikan refleksi setelah
tatap muka berlangsung. Dalam refleksi, kolaborator dan pendamping memberi
input tentang jalannya penelitian dalam kegiatan belajar mengajar, baik
kekurangan maupun keberhasilan yang telah dicapai. Hasil tersebut dianalisis
secara deskripti-kualitatif.
Teknik Pengumpulan
Data
Pengaumpulan
data dilakukan dengan cara:
1)
Tes, dilakukan sebelum dan sesudah tindakan
dilaksanakan.
2)
Observasi, dilaksanakan peneliti dan
kolaborator selama KBM berlangsung.
3)
Catatan lapangan, untuk mencatat segala
kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung.
HASIL PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan dalam satu sikius. Satu siklus terdiri dari 5 tindakan, dengan
10 kunjungan silang. Adapun hasilnya adalah sebagai benkut:
Tindakan I
a.
Guru mengucapkan salam dan memperkenalkan
kolaborator kepada siswa.
b.
Guru melakukan apersepsi, menuliskan judul
bacaan pada papan tulis. Siswa memunculkan kata penyumbang darah, sehat, gemuk,
golongan darah dan transfusi. Jawaban siswa ini ditulis guru pada outline yang
telah disediakan.
c.
Setelah pembelajaran berlangusung setengah
jam, guru meminta siswa untuk membaca dalam hati bacaan "Tidak Semua Orang
Bisa Jadi Donor Darah", dilanjutkan menuliskan kata-kata sukar beserta
maknanya.
d.
Guru menugaskan siswa menuliskan ide pokok
pada papan tulis, siswa lain menaggapinya.
e.
Sebelum pembelajaran diakhiri, guru
menanyakan kepada siswa hal-hal yang belum jelas tentang bacaan. Siswa diberi
tugas untuk menceritakan kembali isi bacaan. Pembelajaran ini diakhiri dengan
guru mengucapkan salam.
REFLEKSI
Pada awal
pembelajaran ini, skemata siswa lambat muncul. Tanggapan siswa tidak sesuai
dengan outline yang dituliskan guru pada papan tulis. Peneliti dan kolaborator
bersepakat bahwa hal tersebut dimungkinkan dengan belum dioptimalkan media
pembelajaran, di samping teknik skemata ini baru pertama dilaksnakan. Untuk
itu, pada tindakan pembelajaran selanjutnya media pembelajaran dipersiapkan
lebih mantap lagi.
Tindakan II
a.
Setelah mengadakan apersepsi, Guru
menempelkan judul bacaan pada papan tulis Siswa senang dengan adanya media yang
ditempelkan di papan tulis.
b.
Guru menawarkan kepada siswa untuk menuliskan
jawabannya pada outline di papan tulis. Beberapa siswa maju untuk menuliskan kosa kata pada outline yang
disediakan.
c.
Guru menugasi siswa membaca bacaan menuliskan
kata-kata sukar, kemudian mendiskusikan artinya, beberapa siswa mengartikan
dengan bantuan kamus.
d.
Kegiatan selanjutnya menugasi siswa untuk
menuliskan ide pokok, dan menggabungkan menjadi paragraf yang padu.
e.
Sebelum pembelajaran diakhiri, guru
memberikan penegasan tentang penggunaan kata hubung.
REFLEKSI
a.
Pada pembelajaran ini skematis siswa muncul
pada awal pembelajaran. Hal ini dimungkinkan digunakannya media pembelajaran,
sehingga siswa senang mengikuti pembelajaran.
b.
Penulisan jawaban siswa pada papan tulis, dan
pujian yang diberikan guru kepada siswa menjadikan motivasi siswa untuk lebih
aktif. Peneliti dan kolaborator sepakat agar guru lebih sering memberikan
penghargaan terhadap siswa.
Tindakan III
a.
Pembelajaran
diawali dengan apersepsi, dilanjutkan menuliskan tujuan pembelajaran dan
judul bacaan pada papan tulis.
b.
Guru menunjukkan bunga anggrek, dan siswa
diminta memberikan tanggapannya. Indri dan Indah serempak memberikan
tanggapannya. Siswa yang lain, Novi dan Ayu kemudian menanggapinya. Jawaban
siswa ini oleh guru dimasukkan dalam outline yang telah disediakan.
c.
Kemudian guru menyuruh siswa untuk membaca
bacaan "Holtikultura" selama kurang lebih lima menit.
d.
Setelah membaca bacaan, guru dan siswa
mencocokkan antara skema siswa dengan out-line bacaan. Hasilnya, banyak
persamaan antara skemata siswa dengan outline yang dibuat guru. Dan guru
menberikan pujian.
e.
Pada kegiatan menentukan ide pokok, guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah paragraf. Jawaban
tiap kelompok dituliskan di papan tulis. Terjadi diskusi yang menarik pada saat
masing-masing kelompok mempertahankan pekerjaannya. Hal ini terjadi karena
kelompok yang satu (Indah) tidak menggunakan kata hubung dalam menggabungkan
ide pokok, sedangkan kelompok yang lain (Novi) menggabungkan ide pokok dengan
bentuk pasif. Dari jawaban guru yang diberikan, ternyata belum sepenuhnya dapat
diterima siswa.
f.
Sebelum pembelajaran ini diakhiri, guru
menerangkan fungsi kata hubung dan kata pasif. Guru memberikan pekerjaan rumah
siswa menceritakan kembali.
REFLEKSI
a.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
media dapat membuat suasana kelas hidup dan hal tersebut memunculkan skemata
siswa lebih awal.
b.
Peneliti dan kolaborator bersepakat bahwa
guru agar mempersiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Hal ini akan
memungkinkan siswa lebih bersikap positif dan kritis terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia.
Tindakan IV
a.
Pembelajaran ini di awali guru dengan
apersepsi, dilanjutkan dengan menuliskan
tujuan pembelajaran dan judul bacaan,
b.
Guru menggiring keterkaitan skemata siswa
dengan topik pembelajaran dengan cara menempelkan slogan mensana in
corpora sono.
c.
Tanggapan siswa terhadap topik pembelajaran
masih banyak yang kurang tepat. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang
dimasukkan dalam out-line yang telah disiapkan guru banyak yang meleset.
d.
Siswa membaca bacaan dan menuliskan kata
sukar.
e.
Guru memberikan tugas untuk menuliskan ide
pokok siswa-siswa, misalnya Sulitiyangsih dan Dwi Fatmawati dapat menyelesaikan
tugas dengan hasil baik.
f.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan tugas
siswa menuliskan kembali isi bacaan dengan melihat outline bacaan yang telah
dibetulkan guru.
REFLEKSI
a.
Peneliti dan kolaborator menyepakati, letak
ide pokok mudah dipahami siswa. Hal tersebut dimungkinkan sebagian besar ide
pokok bacaan teletak pada awal paragraf.
b.
Skemata siswa kurang cocok dengan materi
bacaan. Hal tersebut dimungkinkan, teks bacaan yang digunakan untuk kegiatan
membaca (tajuk rencana KR) memiliki tingkat kesulitan tinggi. Pada pembelajaran
yang akan datang materi bacaan diharapkan yang sesuai dengan usia siswa.
Tindakan V
a.
Guru mempersiapkan ruangan laboratorium untuk
pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran OHP
b.
Guru menunjukkan tujuan pembelajaran dan
judul bacaan pada layar monitor. Siswa antusias menanggapi judul bacaan
"Kiat Jadi Bintang Sinetron".
c.
Beberapa siswa, antara lain: Indah, Ayu, Novi
dan Wiwid menanggapi pertanyaan guru. Tanggapan siswa tersebut dituliskan pada
out-line yang telah dipersiapkan guru.
d.
Siswa membaca bacaan, menuliskan kata-kata
sukar. Siswa berebutan maju mengartikan kata sukar di papan tulis. Selanjutnya,
siswa ditugasi mencari ide pokok. Indah dan Yeni mewakili kelompoknya maju
untuk menuliskan di papan tulis.
e.
Dari bacaan tersebut, siswa berlatih membuat
petunjuk menjadi bintang sinetron secara kelompok. Petunjuk yang ditulis siswa
banyak yang sesuai dengan outline yang dibuat guru.
f.
Sewaktu membedakan petunjuk pokok dan
petunjuk penjelas, diskusi berlangsung menarik, masing-masing kelompok
mempertahankan alasannya. Guru menjelaskan, menguatkan, dan memberi pujian
terhadap alasan yang dikemukakan siswa.
g.
Sebelum pembelajaran diakhiri, kolaborator
dan guru inti berpamitan terhadap siswa. Kegiatan ini oleh siswa diakhiri
dengan perasaan senang.
REFLEKSI
a.
Peneliti, kolaborator dan pendamping menyimpulkan
bahwa pembelajaran sudah sesuai dengan skenario yang direncanakan. Penggunaan
media pembelajaran yang tepat, misalnya OHP menjadikan KBM berlangsung dengan
susana menarik.
b.
Materi pembelajaran yang sesuai dengan
pertumbuhan siswa (diambil dari Fantasi) menarik perhatian siswa. Hal tersebut
menumbuhkan sikap positif terhadap pembelajaran membaca.
SIMPULAN
Penerapan
teknik skema pada pembelajaran keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas
2 SLTP Mataram Kasihan Bantul, dapat meningkatkan membaca pemahaman pada siswa
tersebut. Hal ini ditunjukkan dari hasil nilai rata-rata sebelum tindakan
sebesar 50% dibandingkan dengan hasil nilai rata-rata sesudah tindakan sebesar
73%, terjadi peningkatan nlai sebesar 23%.
DAFTAR PUSTAKA
1)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1966.
Garis-garis program pengajaran. Jakarta: Depdikbud
2)
Hamied, F.A. 1995. Teori skema dan
kemampuan analistis dalam bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Kanisius
3)
Moelono, A.M. 1990. Kamus besar bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
4)
Sujana, A.S.H. 1988. Modul materi
pokok membaca UT. Jakarta: Karunika.
5)
Purwo, B.K. 1979. Pokok-pokok pengajaran
dan kurikulum bahasa Indonesia 1994. Jakarta:
Depdikbud.
6)
Soedarsono, F.X. 1987. Pedoman pelestarian
penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Dikti
7)
Syamsi, K. 2000. Makalah penyusunan
proposal penelitian tindakan kelas. Yogyakarta:
disampaikan pada Pelatihan Demand Driven di SLTPN 1 Sewon, September 2001.
8)
Tarigan, H. 1987. Pengajaran membaca.
Bandung: Ganesa.
9)
Tulalessy, D. 1991. Kompetensi membaca
bulletin pusat perbukuan. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdikbud.
--------------------------------
*) Fuad
Asnawi adalah Guru Bahasa Indonesia SLTP Mataram, Kasihan. Kabupaten Bantul
D.I. Jokyakarta.
Sumber :
Pelangi Pendidikan (Buletin Peningkatan Mutu SLTP), Volume 6 No. 1 Tahun 2003.
http://pakguruonline.pendidikan.net
0 komentar:
Posting Komentar